Translate

Selasa, 07 April 2015

seminae kasus kebidanan ibu dengan post sectio di rsud arifin ahmad pekanbaru


BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Menurut (World Health Organization, 2010) Salah satu tujuan Pembangunan Millenium (MDGs) 2015 adalah perbaikan kesehatan maternal. Kematian maternal dijadikan ukuran keberhasilan terhadap pencapaian target MDGs, adalah penurunan 75 % rasio kematian maternal. Di Negara-negara sedang berkembang frekuensi dilaporkan berkisar antara 0,3 % -0,7 %, sedangkan dinegara-negara maju angka tersebut lebih kecil yaitu 0.05 %-0,1 %.
Dalam periode sekarang ini asuhan masa nifas sangat diperlukan karena merupakan masa kritis baik ibu maupun bayi. Diperkirakan 60 % kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan dan 50 % kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama (Yono, 2009).
Berdasarkan penelitian Taufan (2010), Kasus presentasi bayi yang tidak normal seperti letak lintang dapat meningkatkan resiko kematian pada ibu dan bayi sehingga diperlukan salah satu cara alternatif lain dengan mengeluarkan hasil konsepsi melalui pembuatan sayatan pada dinding uterus melalui dinding perut yang disebut Sectio Caesarea yaitu pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding perut dan dinding rahim.
Beberapa kerugian dari persalinan yang dijalani melalui bedah Caesar, yaitu adanya komplikasi lain yang dapat terjadi saat tindakan bedah Caesar dengan frekuensi diatas 11 %, antara lain cedera kandung kemih, cedera rahim, cedera pada pembuluh darah, cedera pada usus dan infeksi yaitu infeksi pada rahim/endometritis, alat-alat berkemih, usus serta infeksi akibat luka operasi. Pada operasi Caesar yang direncanakan angka komplikasi nya kurang lebih 4,2 % sedangkan untuk operasi Caesar darurat (Sectio Caesarea Emergency) kurang lebih 19 % (Weni, 2012).
 Setiap tindakan operasi Caesar memiliki tingkat kesulitan berbeda-beda. Pada operasi kasus persalinan macet dengan kedudukan kepala janin pada akhir jalan lahir misalnya,sering terjadi cedera pada rahim bagian bawah atau cedera pada kandung kemih (robek). Sedangkan pada kasus bekas operasi sebelumnya dimana dapat ditemukan perlekatan organ dalam panggul sering menyulitkan saat mengeluarkan bayi dan dapat pula menyebabkan cedera pada kandung kemih dan usus (Manuaba, 2011).
Berdasarkan latar belakang diatas, studi kasus ini dilakukan untuk mengetahui Manajemen Kebidanan Pada Ibu Nifas Post Sectio Caesarea”.

1.2. Rumusan Masalah

                Berdasarkan latar belakang diatas, studi kasus ini dilakukan untuk mengetahui manajemen kebidanan pada ibu nifas post sectiocaesarea dengan rumusan sebagai berikut :
1.      Bagaimana mengkaji data pada ibu nifas post sectio caesarea indikasi letak lintang ?
2.      Bagaimana menganalisis data dasar dan merumuskan diagnosis kebidanan pada ibu nifas post SC indikasi letak lintang?
3.     Bagaimana membuat rencana dan melaksankan serta mengevaluasi asuhan kebidanan pada ibu pada ibu nifas post SC indikasi letak lintang ?
4.     Bagaimana mendokumentasikan asuhan kebidanan pada ibu nifas post SC indikasi letak lintang ?
1.3. Tujuan Penulisan
      1.3.1 Tujuan Umum
          Menarasikan asuhan kebidanan pada ibu nifas post SC indikasi letak lintang.
1.3.2. Tujuan Khusus 
a.       Mahasiswa mampu mengkaji data pada ibu nifas post sectio caesarea dengan presentasi letak lintang.
b.      Mahasiswa mampu menganalisis data dasar dan merumuskan diagnosis kebidanan pada ibu nifas post SC dengan presentasi letak lintang.
c.       Mahasiswa mampu membuat rencana dan melaksankan serta mengevaluasi asuhan kebidanan  pada ibu pada ibu nifas post SC dengan presentasi letak lintang.
d.      Mahasiswa mampu mendokumentasikan asuhan kebidanan pada ibu nifas post SC dengan presentasi letak lintang.



1.4. Manfaat
1.  Bagi Mahasiswa
Dapat menerapkan manajemen kebidanan kepada pasien yang membutuhkan pelayanan sesuai dengan ilmu yang telah dipelajari.
2. Bagi Institusi (Pendidikan)
Sebagai bahan referensi bagi mahasiswa selanjutnya dalam pembuatan tugas kuliah kebidanan.












BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1 Masa Nifas
Masa nifas adalah masa sesudah persalinan dan kelahiran bayi, placenta, serta selaput yang diperlukan untuk memulihkan kembali organ kandungan seperti sebelum hamil dengan waktu kurang lebih 6 minggu (Siti Saleha, 2009).
2.2 Tujuan Masa Nifas
Menurut Siti Saleha (2009), Tujuan dari pemberian asuhan kebidanan pada masa nifas adalah sebagai berikut:
1.      Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologis.
2.      Mendeteksi masalah, mengobati, dan merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu dan bayinya.
3.      Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, kb, cara dan manfaat menyusui, imunisasi, serta perawatan bayi sehari-hari.
4.      Memberikan pelayanan KB



2.3  Peran Bidan Pada Masa Nifas
Menurut Siti Saleha (2009), Peran bidan pada masa nifas adalah sebagai berikut:
1.      Memberikan dukungan yang terus menerus selama masa nifas yang baik, dan sesuai dengan kebutuhan ibu agar mengurangi ketegangan fisik dan psikologis selama persalinan dan nifas.
2.      Sebagai promotor hubungan yang erat antara ibu dan bayi secara fisik dan psikologis.
3.      Mengkondisikan ibu untuk menyusui bayinya dengan cara meningkatkan rasa nyaman.
2.4 Tahapan Masa Nifas
   Menurut Siti Saleha (2009), Tahapan yang terjadi pada masa nifas adalah sebagai berikut:
1.                        Periode immediate postpartum
Masa segera setelah plasenta lahir smapai dengan 24 jam. Pada masa ini sering terdapat banyak masalah, misalnya perdarahan karena atonia uteri. Oleh karena itu, bidan dengan teratur harus melakukan pemeriksaan kontrasksi uterus, pengeluaran lochea, tekanan darah dan suhu.
2.                        Periode early postpartum (24 jam-1 minggu)
Pada pase ini bidan memastikan involusi uteri dalam keadaan normal, tidak ada perdarahan, lochea tidak berbau busuk, tidak demam, ibu cukup mendapatkan makanan dan cairan, serta ibu dapata menyusui dengan baik.
3.                        Periode late postpartum (1-5 minggu)
Pada priode ini bidan tetap melakukan perawatan dan pemeriksaan sehari-hari serta konseling KB.
2.5 Letak Lintang
2.5.1 Definisi
Letak lintang adalah sumbu memanjang janin menyilang sumbu memanjang ibu secara tegak lurus  900. Jika sudut yang dibentuk kedua sumbu ini tajam disebut oblique lie, terdiri dari : deviated head presentation (letak kepala mengolak) dan deviated breech presentation (letak bokong mengolak).Presentasi paling rendah adalah bahu (Dr.Taufan, 2011).
2.5.2 Etiologi
Menurut (Dr.Taufan, 2011),  Beberapa etiologi dari posisi letak lintang adalah sebagai berikut :
1.    Relaksasi berlebihan dinding abdomen
2.    Janin prematur
3.    Plasenta previa
4.    Hidramnion dan kehamilan kembar
5.    Panggul sempit dan tumor di daerah panggul
6.    Kelainan bentuk rahim
2.5.3 Diagnosis
A. Pemeriksaan Fisik
1.             Pada inspeksi, TFU tidak sesuai dengan umur kehamilannya
2.             Pada palpasi fundus uteri kosong, kepala janin berada disamping dan diatas simpisis juga kosong, kecuali bila bahu sudah turun kedalam pintu atas panggul.
3.             Denyut jantung janin ditemukan disekitar umbilikus.
4.             Pemeriksaan dalam
            Pada tahap awal persalinan, bagian dada bayi, jika dapat diraba dapat dikenali dengan adanya “rasa bergerigi” dari tulang rusuk. Bila dilatasi bertambah, skapula dan klavikula pada sisi toraks yang lain akan dapat dibedakan.Bila punggungnya terletak di anterior, suatu dataran yang keras membentang dibagian depan perut ibu. Bila punggungnya dibagian posterior, teraba nodulasi ireguler yang menggambarkan bagian-bagian kecil janin yang dapat ditemukan pada tempat yang sama. Kadang-kadang dapat pula diraba tali pusat yang menumbung (Dr.Taufan, 2011).





2.5.4 Penanganan
Menurut (Manuaba, 2011), Ada 2 macam penanganan letak lintang yaitu:
A. Dalam kehamilan
Usahakan jadi letak membujur (kepala atau bokong) dengan melakukan versi luar pada primigravida dengan usia kehamilan 34-38 minggu atau multigravida pada kehamilan 36-38 minggu.
B. Dalam persalinan
Janin dapat dilahirkan dengan cara sebagai berikut:
1.             Per vaginam : versi dan ekstraksi. Embriotomi (dekapitasi-eviserasi) bila janin sudah meninggal.
2.             Per Abdominam SC
Syarat dan kontraindikasi versi adalah sebagai berikut
a.       Syarat versi : ø <4 cm, ketuban belum pecah,JTH, dapat lahir per vaginam, bagian terendah masih dapat didorong keatas.
b.      Kontraindikasi versi : syarat tidak terpenuhi, keadaan membahayakan ibu anak, plasenta previa/solusio plasenta, hipertensi/preeklampsia, cacat rahim, tanda ruptur uteri imminens, primi tua.
2.5.5        Prognosis
Menurut (Manuaba, 2011), Ada beberapa prognosis letak lintang yaitu:
1.      Bagi Ibu
Bahaya yang mengancam adalah ruptur uteri, baik spontan atau sewaktu versi ekstraksi. Partus lama dan ketuban pecah dini dapat dengan mudah menyebabkan infeksi intrapartum.
2.      Bagi Janin
Angka kematian tinggi (25-40%), yang dapat disebabkan oleh prolapsus funikuli, trauma partus, hipoksia karena kontraksi uterus terus menerus, serta ketuban pecah dini.

2.6  Perawatan Operasi SC
2.6.1 Defenisi
             Seksio sesarea adalah pertolongan persalinan yang konservatif, sehingga diharapkan ibu dan bayinya selamat, dengan jaminan kualitas sumber daya manusia yang optimal. Tindakan seksio sesarea tetap menghadapkan ibu pada trias komplikasi, sehingga memerlukan observasi dengan tujuan agar dapat mendeteksi kejadiannya lebih dini.
Sectio sesaria adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding perut dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin diatas 500 gram (Sugeng, 2012).
2.6.2         Etiologi
Menurut (Sugeng, 2012), terdapat beberapa etiologi mengenai letak lintang yaitu:
1.                   Indikasi yang berasal dari ibu (etiologi)
Yaitu pada primigravida dengan kelainan letak, primipara tua disertai kelainan letak pada, disproporsi sefalo pelvik (disproporsi janin/ panggul) ada, sejajar kehamilan dan persalinan yang buruk, terdapat kesempitan panggul, plasenta previa terutama pada primigravida, solusio plasenta tingkat I-II, komplikasi pada kehamilan yaitu preeklamsia-eklamsia, atas permintaan, kehamilan yang disertai penyakit (jantung, DM ), gangguan perjalan persalinan ( kista ovarium, mioma uteri dan sebagian nya).
2.                   Indikasi yang berasal dari janin
Fetal disteress/ gawat janin, mal presentasi dan mal posisi kedudukan janin prolapsus tali pusat dengan pembukaan kecil, kegagalan persalinan vakum atau forsep ekstraksi.
2.6.3         Patofisiologi
Akibat terjadi malpresentasi pada janin dalam uterus mengakibatkan persalinan tidak dapat ditolong pervaginam tetapi diharuskan dilakukannya SC (Sectio Cesarea).

2.6.4   Penatalaksanaan
Menurut (Manuaba, 2011), terdapat beberapa penatalaksanaan pasien pre dan post operasi yaitu :
1.         Perawatan Pre Operasi Secsio Ceaseria
a.       Persiapan kamar operasi
1.     Kamar operasi telah dibersihkan dan disiap untuk dipakai
2.    Peralatan dan obat-obatan telah siap semua termasuk kain operasi
b.      Persiapan pasien
1.    Pasien telah dijelaskan tentang prosedur operasi
2.    Informed consent telah ditanda tangani oleh pihak keluarga pasien
3.    Perawatan memberi suport kepada pasien
4.    Daerah yang akan diinsisi telah dibersihkan (rambut pubis dicukur dan sekitar abdomen telah dibersihkan dengan anteseptic).
5.    Pemasangan infus intra vena
6.    Pemeriksa tanda – tanda vital dan pengkajian untuk mengetahui penyakit penyakit yang pernah diderita oleh pasien.
7.    Pemeriksaan laboratorium (darah, urin)
8.    Pemeriksaan USG
9.    Pasien puasa selama 6 jam sebelum dilakukan operasi
Observasi trias komplikasi meliputi:
1.      Kesadaran penderita
a.       Pada anestesi lumbal:
Kasadaran penderita baik, oleh karena itu dapat mengetahui hampir semua proses persalinan.
b.      Pada anestesi umum
Pulihnya kesadaran oleh ahli telah diatur, dengan memberikan O2 menjelang akhir operasi
2.      Perawatan Post Operasi
A.    Mengukur dan memeriksa tanda-tanda vital
a.       Pengukuran :
1.          Tensi, nadi, temperatur dan pernafasan.
2.         Keseimbangan cairan melalui produksi urin, dengan perhitungan:
a.     Produksi urin normal               : 500-600 cc.
b.     Pernafasan                               : 16 – 24 X/i
c.     Penguapan badan                    : 900 -1000 cc.
Pemberian cairan pengganti sekitar 2.000 – 2.500cc dengan perhitungan 20 tetes/menit (= 1cc/menit).
3.     Infus setelah operasi sekitar 2 x 24 jam.
b.      Pemeriksaan:
1.      Paru:
a.       Kebersihan jalan nafas.
b.      Ronki basal, untuk mengetahui adanya edema paru.
2.      Bising usus, menandakan berfungsinya usus ( dengan adanya flatus).
3.                 Perdarahan lokal pada luka operasi.
4.                 Kontraksi rahim, untuk menutup pembuluh darah.
5.     Perdarahan pervaginam:
a.     Evaluasi pengeluaran lokhea
b.     Atonia uteri meningkatkan perdarahan
c.     Perdarahan berkepanjangan
d.    Profilaksis antibiotika
Infeksi selalu diperhitungkan dari adanya alat yang kurang steril. Infeksi asendes karena manipulasi vagina, sehingga pemberian antibioka sangat penting menghindari terjadinya sepsis sampai kematian.
Pertimbangan antibiotika :
1.               Bersifat profilaksis
a.   Bersifat terapi karena sudah terjadi infeksi
b.   Berpedoman pada hasil sensifitas
c.   Kualitas antibioka yang akan diberikan
2.               Cara pemberian antibiotika
Yang paling tepat adalah berdasarkan hasil sensifitas, tetapi memerlukan waktu sekitar 5-7 hari, sehingga sebagian besar pemberian antibiotika dilakukan dengan dasar adjuvantibus. Kini perkembangan produksi antibiotika sangat pesat, sehingga diperlukan kemampuan untuk memilihnya.
3.      Mobilisasi penderita
Sikap mobilisasi dini tetap merupakan landasan dasar, sehingga pulihnya fungsi alat vital dapat segera tercapai.
a.           Mobilisasi fisik
1.    Setelah sadar pasien boleh miring
2.    Berikutnya duduk, bahkan jalan dengan infus
3.    Infus dan kateter dibuka pada hari kedua atau ketiga
b.          Mobilisasi usus
1.    Setelah hari pertama dan keadaan baik, penderita boleh minum
2.    Hari kedua/ketiga boleh pulang.
4.     Perawatan Luka
Luka insisi di inspeksi setiap hari, sehingga pembalut luka yang alternatif ringan tanpa banyak plester sangat menguntungkan, secara normal jahitan kulit dapat diangkat setelah hari ke empat setelah pembedahan paling lambat hari ketiga post partum, pasien dapat mandi tanpa membahayakan luka insisi.          
5.      Laboratorium
                 Secara rutin hematokrit di ukur pada pagi setelah operasi hematokrit tersebut harus segera di cek kembali bila tedapat kehilangan darah yang tidak biasa atau keadaan lain yang menujukan hipovolemia.
6.      Perawatan Payudara
              Pemberian ASI dapat dimulai pada hari post operasi jika ibu memutuskan tidak menyusui, pemasangan pembalut payudara yang mengencangkan payudara tanpa banyak menimbulkan kompresi, biasanya mengurangi rasa nyeri.
7.      Memulangkan pasien dari rumah sakit
                 Seorang pasien yang baru melahirkan mungkin lebih aman bila diperbolehkan pulang dari rumah sakit pada hari ke empat dan ke lima post operasi, aktivitas ibu selama seminggu harus dibatasi hanya untuk perawatan bayinya dengan bantuan orang lain.

2.7         Manajemen kebidanan menurut Helen Varney
     2.7.1 Manajemen
Manajemen merupakan proses pemecahan masalah yang ditemukan oleh perawat dan bidan pada awal tahun 1970. Proses ini memperkenal kan sebuah metode dengan perorganisasian, pemikiran dan tindakan-tindakan yang logis dan menguntungkan baik bagi klien maupun bagi tenaga kesehataan (Wafi Muslihatun, 2009).
  Menurut (Wafi Muslihatun, 2009), Proses manajemen kebidanan terdiri dari tujuh langkah yang berurutan dan setiap langkah disempurnakan secara periodik. Langkah-langkah tersebut sebagai berikut:
1.     Pengumpulan data dasar
Dilakukan pengkajian dengan mengumpulkan semua data yang diperlukan untuk mengevaluasi keadaan klien secara lengkap,yaitu:
a.       Riwayat kesehatan
b.      Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan dasar nya
c.       Meninjau catatan terbaru atau catatan sebelum nya
d.      Meninjau data laboratorium dan membandingkan nya dengan hasil studi
2.      Interpretasi data dasar
                  Dilakukan identifikasi yang benar terhadap diagnosis atau masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang benar atas dasar data-data yang telah dikumpulkan.data dasar yang sudah dikumpulkan diinterprestasikan sehingga ditemukan masalah atau diagnosis yang spesifik.
3.      Mengidentifikasi masalah potensial
            Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau diagnosis potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosis yang telah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisispasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan, sambil mengamati klien bidan diharapkan dapat bersiap-siap bila diagnosis atau masalah potensial ini benar-benar terjadi. Pada langkah ini penting sekali melakukan asuhan yang aman.
4.      Mengidentifikasi dan menetapkan kebutuhan yang memerlukan penanganan segera
            Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter untuk dikonsultasikan dan ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yanag lain sesuai dengan kondisi klien.
5.      Merencanakan asuhan yang menyeluruh
            Pada langkah ini dilakukan perencanaan yang menyeluruh, ditentukan langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen terhadap diagnosis atau masalah yang telah diidentifikasi atau diantisipasi, pada langkah ini informasi atau data dasar yang tidak lengkap dapat dilengkapi.
6.      Melaksanakan perencanaan
           Pada langkah ini rencana asuhan yang menyeluruh dilangkah kelima harus dilaksanakan secara efisien dan aman. Perencanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian dilakukan oleh klien atau anggota kesehatan tim lainnya. Dalam situasi dimana bidan berkolaborasi dengan dokter, untuk menangani klien yang mengalami komplikasi, maka keterlibatan bidan dalam manajemen asuhan bagi klien adalah bertanggung jawab terhadap terlaksananya rencana asuhan bersama yang menyeluruh tersebut.
7.      Evaluasi
            Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektipan dari asuhan yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagai mana telah diidentifikasi dialam masalah dan diagnosis. Rencana tersebut dapat dianggap efektif jika memang benar efektif dalam pelaksanaan nya.



BAB III
TINJAUAN KASUS
MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS DENGAN POST SECTIO CAESARIA
Tanggal Pengkajian : 18 Maret 2015              Pukul : 06.00 Wib
I. Pengumpulan data
A.Biodata
Nama ibu         : Ny. H                                                Nama Suami    : Tn. A
Umur               : 34 tahun                                Umur               : 38 tahun
Pekerjaan         : IRT                                        Pekerjaan         : Wiraswasta
Pendidikan      : SD                                         Pendidikan      : SMP
Agama             : Islam                                     Agama             : Islam
Suku                : Jawa                                      Suku                : Jawa
Alamat            : Jl. Sikujang                           Alamat             : Jl. Sikujang
Pelalawan                                                        Pelalawan
B.Anamnesa
Tanggal           : 18-3-2015      Pukul   : 06.09 wib      Oleh    : Mahasiswa
1. Alasan Masuk           : Ibu datang dengan keluhan sakit perut bagian  bawah  sejak tanggal 16-3-2015 jam 08.00 wib dengan TD: 130/90 mmHg, HR : 74 X/i, RR : 24 X/i, S : 37,00C
2. Keluhan                   : Ibu mengatakan nyeri pada luka operasi
3. Riwayat Persalinan
- Tempat Melahirkan              : OK IGD RSUD Arifin Achmad
- Jenis Persalinan                    : SC
- Ketuban Pecah                     : Utuh
- Komplikasi                           : Letak lintang
- Plasenta                                : Lengkap
- Perineum                              : Tidak ada robekan
- Pendarahan                          :  50 cc
-Bayi
- Lahir                                                : SC
- Berat Badan                         : 2500 gr
- Panjang Badan                     : 48 cm
- JK                                        : perempuan
- Cacat Bawaan                      : Tidak ada
- Masa Gestasi                        : Aterm
- Komplikasi                           : tidak ada
- Air Ketuban                         : Jernih
4. Riwayat Post Partum
a.         Keadaan Umum                                : Baik
b.        Keadaan Emosional                          : Stabil
c.         TTV  
TD                                                     :130/80 mmHg
HR                                                    :74 x/i
RR                                                     :24 x/i
S                                                        :37,0 c
5. Payudara
- Pengeluaran                                                : Tidak ada
- Bentuk                                                        :Simetris
- Puting Susu                                                            :Menonjol
6. Uterus
- TFU                                                            :2 jari dibawah pusat
- Kontraksi Uterus                            :Baik
- Konsistensi Uterus                          :Keras
7. Lochea
- Lochea                                           :Rubra
- Warna                                            :Merah
- Bau                                                            :Amis
- Konsistensi                                                :Cair
8. Perineum                                               :Tidak ada robekan
9. Kandung Kemih                                   :Kosong
10. Ekstremitas    
- Odema                                           :Ada
- Reflek Patella                                :+/+
- Kemerahan                                     :Tidak ada
C. Uji Diagnostik
Pemeriksaan Laboratarium
- HB                                                  :13,3 gr%
- Golongan Darah                             : O
II. Identifikasi diagnosa masalah dan kebutuhan
A. Diagnosa          : Ibu P1 A0 H1 Post SC
Data Dasar : - Partus Tanggal                         :18-3-2015       Pukul   :04.00 Wib
- Plasenta                                             :Lengkap
- Kontraksi Uterus                              :Baik
- TFU                                      :2 jari dibawah pusat
- TTV                                     
TD                                     :120/90 mmHg
      HR                                                :92 x/i
RR                                     :22x/i
S                                        :37,2 c
B. Masalah                                         : Nyeri luka operasi
C. Kebutuhan                                     : Penkes untuk mengurangi rasa nyeri di luka operasi
III. Antisipasi diagnosa / masalah potensial: Infeksi luka post SC
IV. Identifikasi tindakan segera / kolaborasi: kolaborasi dengan dokter
V. Perencanaan                                  
1.      Informasikansebab nyeri pada luka bekas operasi
2.      Informasikan perawatan luka bekas operasi
3.      Informasikan pola istirahat
4.      Informasikan mobilisasi
5.      Informasikan tentang vulva hygiene

VI. Pelaksanaan
1.        Menginformasikan sebab nyeri pada luka bekas operasi
Nyeri yang dialami ibu dikarenakan efek anastesi pada saat operasi sudah hilang.
2.        Menginformasikan perawatan luka bekas operasi
Menganjurkan ibu untuk melakukan perawatan luka bekas operasi dengan cara tetap menjaga luka agar tetap kering, mengurangi aktifitas yang berat, makan-makanan yang bergizi untuk mempercepat proses penyembuhan luka.
3.        Menginformasikan pola istirahat
Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup untuk memulihkan tenaga ibu pasca operatif
4.        Menginformasikan mobilisasi
Menganjurkan ibu untuk miring kanan dan miring kiri setelah 6 jam pasca operatif, dan sudah harus bisa buang air sendiri ke kamar mandi dalam 24 jam pasca operatif. Hal ini berguna untuk melancarkan peredaran darah ibu.
5.        Menginformasikan vulva hygiene
Menganjurkan ibu untuk membersihkan daerah kemaluan serta mengganti pembalut jika dirasakan sudah penuh.

VII EVALUASI
1.        Ibu telah mengerti sebab terjadinya nyeri.
2.        Ibu telah mengerti tentang perawatan luka. Ibu bersedia melakukannya.
3.        Ibu bersedia untuk istirahat. ibu bersedia melakukannya.
4.        Ibu mengetahui posisi miring kanan,miring kiri. ibu bersedia melakukannya.
5.        Ibu mengerti cara membersihkan kemaluan. ibu bersedia melakukannya.










CATATAN PERKEMBANGAN DENGAN PENDOKUMENTASIAN SOAP
Tanggal : 18 maret 2015
Pukul : 06.00 WIB
S            : Nyeri di luka operasi, pusing (-), mual (- ), ASI keluar sedikit BAK terpasang kateter, BAB belum ada.
O   : KU : baik
      TD : 120 / 70 mmHg , HR : 92 x/i, RR : 22 x/i, T : 37,2 i.
A   : P1A0H1, Post SC 2 jam, ku ibu baik
P    : 1. Observasi keadaan umum ibu dan keadaan ibu baik.
2. Lakukan pencegahan  infeksi dengan cara menjaga kebersihan luka SC serta inj. Ceftriaxone 1 gr/12 jam. Dan ibu bersedia melakukannya.
3. Berikan terapi untuk mengurangi nyeri luka post sc dengan memberikan pronalges supp per 8 jam dan ibu bersedia.
4. Pantau kontraksi uterus ibu serta berikan misoprostol 3 x 200 gr. Kontraksi uterus ibu baik dan ibu bersedia menerima terapi yang diberikan.
5. Lakukan pencegahan pendarahan dengan inj. Asam traneksamat per 8 jam. Pendarahan normal dan ibu bersedia menerima terapi yang diberikan.
6. Berikan penkes tentang mobilisasi, motivasi ASI, motivasi KB dan diet TKTP. Ibu mengerti dan bersedia melakukan penkes yang diberikan.
Pukul              : 08.00 wib.
 S         : pusing tidak ada
O           : K/U baik, TD : 120/80 mmHg S 36,5 c RR 20 x/i N 82 x/i, IVFD RL .
A         : P1A0H1dengan post SC 4 jam, ku ibu baik
P          : informasikan hasil pemeriksaan dan asuhan  yang akan diberikan. ibu mengerti tentang informasi yang diberikan
Pukul              : 14.45 wIB
S    : Pusing Tidak Ada.
O : K/U baik, TD : 120/80 mmHg N 80 X/i RR 20 x/i s 36,7 c,Infus RL, tfu 2 jari dibawah pusat, p/V + 10 cc, kateter terpasang,kontraksi baik.
a   : p1a0h1dengan post SC 10 jam, ku ibu baik
P     : Observasi k/u, ttv penkes mobilisasi, personal hygiene,memberikan injeksi ceftriaxone + Kalnex 1 ampul, memandikan dan vulva hygiene (17.00 wib), mengobservasi ttv, td : 120/80 mmHg.
Pukul : 21.00 wib
S    : Pusing Tidak Ada.
O : K/U baik, TD : 120/80 mmHg N 82 X/i RR 22 x/i s 36,5 c,Infus RL, tfu 2 jari dibawah pusat, p/V + 10 cc,kateter terpasang,kontraksi baik.
a   : p1a0h1dengan post SC 10 jam, ku ibu baik
: Observasi k/u, ttv penkes mobilisasi, personal hygiene,memberikan injeksi ceftriaxone + Kalnex 1 ampul, memandikan dan vulva hygiene (05.00 wib), mengobservasi ttv (06.00 WIB), td : 120/80 mmHg.
Tanggal 19 Maret 2015
Pukul : 08.00 WIB
S          : Nyeri diluka bekas operasi minimal, pusing (-), mual (-), asi lancar keluar, bab belum bisa.
o         : Obs K/U , Kes : CM, TD : 120/70 HR : 82 x/i RR: 20 x/i T : 36,8 St. Generalis : Mata : KA (-/-) ,SI : (-/-), Thorax : Paru : Vasikuler (+) RH (-), WH (-).
      Ekstrimitas : Odem (-), ST.Obstetrik : Tampak Perban Menutupi Luka Bekas Operasi Darah (-),  Nanah (-) , Tfu 2 Jari Dibawah Pusat Kontraksi Baik, Nyeri Tekan (-). U/U Tenang, Perdarahan Aktif (-), Lokhia rubra (+)
A         : P1A0H1post partum SC 1 hari , k/u ibu dan bayi baik.
P       : Observasi k/u, ttv penkes mobilisasi, personal hygiene,memberikan injeksi ceftriaxone + Kalnex 1 amp, mengobservasi ttv, td : 120/70 mmHg.
1.        Menginformasikan perawatan luka bekas operasi
Menganjurkan ibu untuk melakukan perawatan luka bekas operasi dengan cara tetap menjaga luka agar tetap kering, mengurangi aktifitas yang berat, makan-makanan yang bergizi untuk mempercepat proses penyembuhan luka. Mengerti dengan informasi yang diberikan.
2.        Menginformasikan pola istirahat
Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup untuk memulihkan tenaga ibu pasca operatif.ibu mengerti dan bersedia melakukannya.
Pukul              : 14.45 wIB
S    : Pusing Tidak Ada.
O : K/U baik, TD : 120/80 mmHg N 82 X/i RR 22 x/i s 36 c,Infus RL, tfu 2 jari dibawah pusat, p/V + 10 cc, DC terpasang,kontraksi baik.
a   : p1a0h1dengan post SC 1 hari, ku ibu baik
P     : Observasi k/u, ttv penkes mobilisasi, personal hygiene,memberikan injeksi ceftriaxone + Kalnex 1 ampul, memandikan dan vulva hygiene (17.00 wib), mengobservasi ttv, td : 120/80 mmHg.
Pukul : 21.00 wib
S    : Pusing Tidak Ada.
O : K/U baik, TD : 120/80 mmHg N 80 X/i RR 20 x/i s 36,6  c,Infus RL, tfu 2 jari dibawah pusat, p/V + 10 cc, DC terpasang,kontraksi baik.
a   : p1a0h1dengan post SC 1 hari, Ku ibu baik
: Observasi k/u, ttv penkes mobilisasi, personal hygiene,memberikan injeksi ceftriaxone + Kalnex 1 ampul, memandikan dan vulva hygiene (05.00 wib), mengobservasi ttv (06.00 WIB), td : 120/80 mmHg.
Tanggal 20Maret 2015
Pukul : 08.00 WIB
S          : Nyeri diluka bekas operasi minimal, nyeri kepala (-), mual (-), ASI lancar keluar, bab (+).
o         : Obs K/U , Kes : CM, TD : 120/80 HR : 80x/i RR: 20 x/i T : 36,5 Ekstrimitas : Odem (-)
ST.Obstetrik : Tampak Perban Menutupi Luka Bekas Operasi Darah (-),  Nanah (-) , Tfu 2 Jari Dibawah Pusat Kontraksi Baik, Nyeri Tekan (-). U/U Tenang, Perdarahan Aktif (-), Lokhia rubra (+)
A         : P1A0H1post partum SC 2 hari , k/u ibu dan bayi baik.
P       : Observasi k/u, ttv penkes mobilisasi, personal hygiene,memberikan injeksi ceftriaxone + Kalnex 1 amp, mengobservasi ttv, td : 120/80 mmHg.
1.        Menginformasikan perawatan luka bekas operasi
Menganjurkan ibu untuk melakukan perawatan luka bekas operasi dengan cara tetap menjaga luka agar tetap kering, mengurangi aktifitas yang berat, makan-makanan yang bergizi untuk mempercepat proses penyembuhan luka. Mengerti dengan informasi yang diberikan.
2.        Menginformasikan pola istirahat
Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup untuk memulihkan tenaga ibu pasca operatif.ibu mengerti dan bersedia melakukannya.
3.        Menganjurkan ibu untuk kunjungan ulang 3 hari lagi atau kontrol ulang di tenaga kesehatan terdekat.
Pasien pulang tanggal 20 Maret 2015 pada pukul 09.00 Wib

BAB IV
PEMBAHASAN
Pada bab ini menguraikan secara seksama antara konsep teori dengan kenyataan yang ditemukan di lapangan. setelah melakukan penerapan manajemen kebidanan pada Ny. H. maka penulis menemukan kesamaan – kesamaan dengan langkah – langkah pada manajemen kebidanan.
1.      S = ( Data Subjektif  )
Subyektif  yaitu data yang dikumpulkan dari pertanyaan yang dilontarkan oleh klien atas pertanyaan bidan kepada nya. Tahap ini merupakan langkah awal yang akan menentukan langkah berikutnya , sehingga kelengkapan data sesuai dengan kasus yang dihadapi akan menentukan proses interprestasi yang benar atau tidak dalam tahap selanjutnya, sehingga dalam pendekatan ini harus komprehensif, sehingga dapat mengambarkan kondisi atau masukan klien yang sebenarnya dan valid. Didalam langkah pertama ini, tenaga kesehatan dapat mengumpulkan data dengan lengkap. Penulis dapat menganamnesa klien dengan waktu yang ada dikarenakan klien tidak dilakukan tindakan medis .
2.      O = ( Data Objektif )
Tahap ini merupakan langkah kedua yang akan menentukan langkah berikutnya, sehingga kelengkapan data sesuai dengan kasus yang dihadapi akan menentukan proses interpretasi yang benar atau tidak dalam tahap selanjutnya. Tenaga kesehatan lebih memfokuskan diri untuk mengumpulkan data yang berhubungan dengan fisik klien, namun tidak menyeluruh. Salahsatu faktor penyebabnya adalah perbandingan jumlah yang tidak memadai antara petugas kesehatan dengan jumlah pasien. Petugas kesehatan tidak terlalu fokus ke pasien dikarenakan petugas menyerahkan tugas – tugas nya kepada mahasiswa. Dapat diambil contoh misalnya dalam pemberian obat pada klien serta perawatan – perawatan pada klien.
Dalam melakukan pemeriksaan penulis sudah cukup dibantu oleh alat – alat yang digunakan dalam memeriksa ibu maupun bayi nya. misalnya untuk pemeriksaan ibu, alat – alat untuk pemeriksaan TTV sudah cukup lengkap,melakukan vulva hygiene dan memandikan pasien dan pemberian vit .A pada ibu nifas serta Hb-0 untuk bayi .
3.      A = ( Assasement )
Pada langkah ini adalah menyimpulkan berdasarkan interpretasi yang akurat atas data – data yang dikumpulkan . Dalam kasus yang penulis angkat , ibu P1A0H1 dengan postpartum sc 2 hari k/u ibu dan bayi baik. Hal ini merupakan hal fisiologis yang di alami oleh ibu dan bayi.
4.      P = ( Planning )
-          Mobilisasi dini 6 jam pertama dianjurkan ibu untuk miring kiri kanan dan berjalan.
-          Perawatan luka (ganti perban 1 kali sehari waktu pagi)
-          Pemberian ASI Ekslusif pada bayi selama 0-6 bulan, bayi tidak dianjurkan minum susu formula.
-          Diet TKTP yang harus di penuhi oleh ibu dalam satu harinya.
-          Pola istirahat yang cukup
-          Lakukan vulva hygiene
-          Lakukan kunjungan ulang ke tenaga kesehatan terdekat















BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Masa nifas adalah sama sesudah persalinan dan kelahiran bayi, placenta, serta selaput yang diperlukan untuk memulihkan kembali organ kandungan seperti sebelum hamil dengan waktu kurang lebih 6 minggu.
Letak lintang adalah sumbu memanjang janin menyilang sumbu memanjang ibu secara tegak lurus  900, terdiri dari : deviated head presentation (letak kepala mengolak) dan deviated breech presentation (letak bokong mengolak). Presentasi paling rendah adalah bahu. Dimana persalinan ini dapat dilakukan melalui perabdominal (SC).
Seksio sesaria adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding perut dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin diatas 500 gram. Seksio sesarea adalah pertolongan persalinan yang konservatif, sehingga diharapkan ibu dan bayinya selamat, dengan jaminan kualitas sumber daya manusia yang optimal. Adapun pendokumentasian sebagai berikut :
1.        S ( Data Subjektif )
2.        O ( Data Objectif )
3.        A ( Asassement )
4.        P ( Planning )
5.2 Saran
Berdasarkan hasil asuhan kebidanan diatas diharapkan kepada mahasiswa agar dapat terampil melakukan asuhan kebidanan kepada klien dari anamnesa hingga melakukan asuhan. Kepada para pembaca diharapkan untuk memahami asuhan kebidanan yang lain dengan benar dan tidak hanya focus pada isi makalah kami tetapi lebih dalam lagi telah dipaparkan diatas yaitu dimulai dari mengkaji suatu masalah sesuai dengan masalahnya serta dapat memberi solusi yang benar pada kasus yang tepat.
Diharapkan juga kepada mahasiswa calon bidan agar lebih kreatif sehingga penulis mengharapkan adanya revisi-revisi yang berbaru yang dapat lebih baik dipakai dari apa yang telah diterangkan diatas, sehingga lebih mempermudah kerja bidan di masa depan.