BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Menurut (World Health
Organization, 2010) Salah satu tujuan Pembangunan Millenium (MDGs) 2015 adalah perbaikan
kesehatan maternal. Kematian
maternal dijadikan
ukuran keberhasilan terhadap pencapaian target MDGs, adalah penurunan 75 %
rasio kematian maternal. Di
Negara-negara sedang berkembang frekuensi dilaporkan berkisar antara 0,3 % -0,7
%, sedangkan dinegara-negara maju angka tersebut lebih kecil yaitu 0.05 %-0,1 %.
Dalam periode sekarang ini asuhan masa nifas sangat diperlukan
karena merupakan masa kritis baik ibu maupun bayi. Diperkirakan 60 % kematian
ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan dan 50 % kematian masa nifas
terjadi dalam 24 jam pertama (Yono, 2009).
Berdasarkan penelitian Taufan
(2010), Kasus presentasi
bayi yang tidak normal seperti letak lintang dapat meningkatkan resiko kematian
pada ibu dan bayi sehingga diperlukan salah satu cara alternatif lain dengan
mengeluarkan hasil konsepsi melalui pembuatan sayatan pada dinding uterus
melalui dinding perut yang disebut Sectio Caesarea yaitu pembedahan untuk
melahirkan janin dengan membuka dinding perut dan dinding rahim.
Beberapa kerugian dari persalinan
yang dijalani melalui bedah Caesar, yaitu adanya komplikasi lain yang dapat
terjadi saat tindakan bedah Caesar dengan frekuensi diatas 11 %, antara lain cedera kandung kemih, cedera rahim, cedera pada pembuluh darah, cedera pada usus dan infeksi yaitu
infeksi pada rahim/endometritis, alat-alat berkemih, usus serta infeksi akibat
luka operasi. Pada operasi Caesar yang direncanakan angka komplikasi nya kurang
lebih 4,2 % sedangkan untuk operasi Caesar darurat (Sectio Caesarea Emergency) kurang lebih 19 % (Weni,
2012).
Setiap tindakan operasi Caesar memiliki tingkat kesulitan
berbeda-beda. Pada operasi kasus persalinan macet dengan kedudukan kepala janin
pada akhir jalan lahir misalnya,sering terjadi cedera pada rahim bagian bawah atau cedera pada kandung kemih (robek).
Sedangkan pada kasus bekas operasi sebelumnya dimana dapat ditemukan perlekatan
organ dalam panggul sering menyulitkan saat mengeluarkan bayi dan dapat pula
menyebabkan cedera pada kandung kemih dan usus (Manuaba, 2011).
Berdasarkan latar belakang diatas,
studi kasus ini dilakukan untuk mengetahui “Manajemen Kebidanan Pada Ibu Nifas Post Sectio Caesarea”.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang
diatas, studi kasus ini dilakukan untuk mengetahui manajemen kebidanan pada ibu
nifas post sectiocaesarea dengan rumusan sebagai berikut :
1. Bagaimana mengkaji data pada ibu nifas post sectio caesarea indikasi
letak lintang ?
2. Bagaimana menganalisis data dasar
dan merumuskan diagnosis
kebidanan pada ibu nifas post SC indikasi letak lintang?
3. Bagaimana membuat rencana dan melaksankan
serta mengevaluasi asuhan kebidanan pada ibu pada ibu nifas post SC indikasi letak lintang ?
4. Bagaimana mendokumentasikan asuhan
kebidanan pada ibu nifas post SC indikasi letak lintang ?
1.3. Tujuan Penulisan
1.3.1 Tujuan
Umum
Menarasikan asuhan kebidanan pada ibu
nifas post SC indikasi letak lintang.
1.3.2.
Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu mengkaji data pada
ibu nifas post sectio caesarea dengan presentasi letak lintang.
b. Mahasiswa mampu menganalisis data
dasar dan merumuskan diagnosis kebidanan pada ibu nifas post SC dengan
presentasi
letak lintang.
c. Mahasiswa mampu membuat rencana dan
melaksankan serta mengevaluasi asuhan kebidanan pada ibu pada ibu nifas post SC dengan
presentasi
letak lintang.
d. Mahasiswa mampu mendokumentasikan
asuhan kebidanan pada ibu nifas post SC dengan
presentasi
letak lintang.
1.4. Manfaat
1. Bagi Mahasiswa
Dapat
menerapkan manajemen kebidanan kepada pasien yang membutuhkan pelayanan sesuai
dengan ilmu
yang telah dipelajari.
2. Bagi Institusi (Pendidikan)
Sebagai
bahan referensi bagi mahasiswa selanjutnya dalam pembuatan tugas kuliah
kebidanan.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1 Masa Nifas
Masa nifas
adalah masa sesudah persalinan dan kelahiran bayi, placenta, serta selaput yang
diperlukan untuk memulihkan kembali organ kandungan seperti sebelum hamil
dengan waktu kurang lebih 6 minggu (Siti Saleha, 2009).
2.2 Tujuan Masa Nifas
Menurut Siti
Saleha (2009), Tujuan dari pemberian asuhan kebidanan pada masa nifas adalah
sebagai berikut:
1.
Menjaga
kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologis.
2.
Mendeteksi
masalah, mengobati, dan merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu dan bayinya.
3.
Memberikan
pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, kb, cara dan
manfaat menyusui, imunisasi, serta perawatan bayi sehari-hari.
4.
Memberikan
pelayanan KB
2.3 Peran Bidan Pada Masa Nifas
Menurut Siti Saleha (2009), Peran bidan pada masa nifas
adalah sebagai berikut:
1.
Memberikan
dukungan yang terus menerus selama masa nifas yang baik, dan sesuai dengan
kebutuhan ibu agar mengurangi ketegangan fisik dan psikologis selama persalinan
dan nifas.
2.
Sebagai
promotor hubungan yang erat antara ibu dan bayi secara fisik dan psikologis.
3.
Mengkondisikan
ibu untuk menyusui bayinya dengan cara meningkatkan rasa nyaman.
2.4
Tahapan Masa Nifas
Menurut Siti
Saleha (2009), Tahapan yang terjadi pada masa nifas adalah sebagai berikut:
1.
Periode
immediate postpartum
Masa segera setelah plasenta lahir smapai dengan 24 jam.
Pada masa ini sering terdapat banyak masalah, misalnya perdarahan karena atonia
uteri. Oleh karena itu, bidan dengan teratur harus melakukan pemeriksaan
kontrasksi uterus, pengeluaran lochea, tekanan darah dan suhu.
2.
Periode
early postpartum (24 jam-1 minggu)
Pada pase ini bidan memastikan involusi uteri dalam
keadaan normal, tidak ada perdarahan, lochea tidak berbau busuk, tidak demam,
ibu cukup mendapatkan makanan dan cairan, serta ibu dapata menyusui dengan
baik.
3.
Periode
late postpartum (1-5 minggu)
Pada priode ini bidan tetap melakukan perawatan dan
pemeriksaan sehari-hari serta konseling KB.
2.5 Letak Lintang
2.5.1 Definisi
Letak lintang adalah sumbu memanjang
janin menyilang sumbu memanjang ibu secara tegak lurus 900. Jika sudut yang dibentuk
kedua sumbu ini tajam disebut oblique lie, terdiri dari : deviated head
presentation (letak kepala mengolak) dan deviated breech presentation (letak
bokong mengolak).Presentasi paling rendah adalah bahu (Dr.Taufan, 2011).
2.5.2 Etiologi
Menurut
(Dr.Taufan, 2011),
Beberapa etiologi dari posisi letak lintang adalah sebagai berikut :
1. Relaksasi
berlebihan dinding abdomen
2. Janin
prematur
3. Plasenta
previa
4. Hidramnion
dan kehamilan kembar
5. Panggul
sempit dan tumor di daerah panggul
6. Kelainan
bentuk rahim
2.5.3 Diagnosis
A.
Pemeriksaan Fisik
1.
Pada inspeksi, TFU tidak sesuai dengan
umur kehamilannya
2.
Pada palpasi fundus uteri kosong, kepala
janin berada disamping dan diatas simpisis juga kosong, kecuali bila bahu sudah
turun kedalam pintu atas panggul.
3.
Denyut jantung janin ditemukan disekitar
umbilikus.
4.
Pemeriksaan dalam
Pada tahap awal
persalinan, bagian dada bayi, jika dapat diraba dapat dikenali dengan adanya
“rasa bergerigi” dari tulang rusuk. Bila dilatasi bertambah, skapula dan
klavikula pada sisi toraks yang lain akan dapat dibedakan.Bila punggungnya
terletak di anterior, suatu dataran yang keras membentang dibagian depan perut
ibu. Bila punggungnya dibagian posterior, teraba nodulasi ireguler yang
menggambarkan bagian-bagian kecil janin yang dapat ditemukan pada tempat yang
sama. Kadang-kadang dapat pula diraba tali pusat yang menumbung (Dr.Taufan, 2011).
2.5.4 Penanganan
Menurut
(Manuaba, 2011), Ada 2 macam penanganan letak lintang yaitu:
A.
Dalam kehamilan
Usahakan jadi letak membujur (kepala
atau bokong) dengan melakukan
versi luar pada primigravida
dengan usia kehamilan 34-38 minggu atau multigravida pada kehamilan 36-38 minggu.
B. Dalam
persalinan
Janin dapat dilahirkan dengan cara
sebagai berikut:
1.
Per vaginam : versi dan ekstraksi.
Embriotomi (dekapitasi-eviserasi) bila janin sudah meninggal.
2.
Per Abdominam SC
Syarat dan kontraindikasi versi adalah sebagai
berikut
a. Syarat
versi : ø <4 cm, ketuban belum pecah,JTH, dapat lahir per vaginam, bagian
terendah masih dapat didorong keatas.
b. Kontraindikasi
versi : syarat tidak terpenuhi, keadaan membahayakan ibu anak, plasenta
previa/solusio plasenta, hipertensi/preeklampsia, cacat rahim, tanda ruptur
uteri imminens, primi tua.
2.5.5
Prognosis
Menurut
(Manuaba, 2011), Ada beberapa prognosis letak lintang yaitu:
1. Bagi
Ibu
Bahaya
yang mengancam adalah ruptur uteri, baik spontan atau sewaktu versi ekstraksi.
Partus lama dan ketuban pecah dini dapat dengan mudah menyebabkan infeksi
intrapartum.
2. Bagi
Janin
Angka
kematian tinggi (25-40%), yang dapat disebabkan oleh prolapsus funikuli, trauma
partus, hipoksia karena kontraksi uterus terus menerus, serta ketuban pecah
dini.
2.6 Perawatan Operasi SC
2.6.1 Defenisi
Seksio sesarea adalah
pertolongan persalinan yang konservatif, sehingga diharapkan ibu dan bayinya
selamat, dengan jaminan kualitas sumber daya manusia yang optimal. Tindakan
seksio sesarea tetap menghadapkan ibu pada trias komplikasi, sehingga
memerlukan observasi dengan tujuan agar dapat mendeteksi kejadiannya lebih
dini.
Sectio sesaria adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan
melalui suatu insisi pada dinding perut dan dinding rahim dengan syarat rahim
dalam keadaan utuh serta berat janin diatas 500 gram (Sugeng, 2012).
2.6.2
Etiologi
Menurut (Sugeng, 2012), terdapat beberapa
etiologi mengenai letak lintang yaitu:
1.
Indikasi
yang berasal dari ibu (etiologi)
Yaitu pada primigravida dengan kelainan
letak, primipara tua disertai kelainan letak pada, disproporsi sefalo pelvik
(disproporsi janin/ panggul) ada, sejajar kehamilan dan persalinan yang buruk,
terdapat kesempitan panggul, plasenta previa terutama pada primigravida,
solusio plasenta tingkat I-II, komplikasi pada kehamilan yaitu
preeklamsia-eklamsia, atas permintaan, kehamilan yang disertai penyakit
(jantung, DM ), gangguan perjalan persalinan ( kista ovarium, mioma uteri dan
sebagian nya).
2.
Indikasi
yang berasal dari janin
Fetal disteress/ gawat janin, mal presentasi
dan mal posisi kedudukan janin prolapsus tali pusat dengan pembukaan kecil,
kegagalan persalinan vakum atau forsep ekstraksi.
2.6.3
Patofisiologi
Akibat terjadi
malpresentasi pada janin dalam uterus mengakibatkan persalinan tidak dapat
ditolong pervaginam tetapi diharuskan dilakukannya SC (Sectio Cesarea).
2.6.4 Penatalaksanaan
Menurut (Manuaba, 2011), terdapat beberapa
penatalaksanaan pasien pre dan post operasi yaitu :
1.
Perawatan
Pre Operasi Secsio Ceaseria
a.
Persiapan
kamar operasi
1.
Kamar
operasi telah dibersihkan dan disiap untuk dipakai
2.
Peralatan
dan obat-obatan telah siap semua termasuk kain operasi
b.
Persiapan
pasien
1.
Pasien
telah dijelaskan tentang prosedur operasi
2.
Informed
consent telah ditanda tangani oleh pihak keluarga pasien
3.
Perawatan
memberi suport kepada pasien
4.
Daerah
yang akan diinsisi telah dibersihkan (rambut pubis dicukur dan sekitar abdomen
telah dibersihkan dengan anteseptic).
5.
Pemasangan infus intra vena
6.
Pemeriksa
tanda – tanda vital dan pengkajian untuk mengetahui penyakit penyakit yang
pernah diderita oleh pasien.
7.
Pemeriksaan
laboratorium (darah, urin)
8.
Pemeriksaan
USG
9.
Pasien
puasa selama 6 jam sebelum dilakukan operasi
Observasi trias komplikasi
meliputi:
1. Kesadaran
penderita
a. Pada
anestesi lumbal:
Kasadaran penderita
baik, oleh karena itu dapat mengetahui hampir semua proses persalinan.
b. Pada
anestesi umum
Pulihnya
kesadaran oleh ahli telah diatur, dengan memberikan O2 menjelang
akhir operasi
2. Perawatan
Post Operasi
A. Mengukur
dan memeriksa tanda-tanda vital
a. Pengukuran
:
1.
Tensi, nadi, temperatur dan pernafasan.
2.
Keseimbangan cairan melalui produksi
urin, dengan perhitungan:
a. Produksi
urin normal :
500-600 cc.
b. Pernafasan : 16 – 24 X/i
c. Penguapan
badan : 900 -1000 cc.
Pemberian
cairan pengganti sekitar 2.000 – 2.500cc dengan perhitungan 20 tetes/menit (=
1cc/menit).
3. Infus
setelah operasi sekitar 2 x 24 jam.
b. Pemeriksaan:
1. Paru:
a. Kebersihan jalan nafas.
b. Ronki
basal, untuk mengetahui adanya edema paru.
2. Bising
usus, menandakan berfungsinya usus ( dengan adanya flatus).
3.
Perdarahan lokal pada luka operasi.
4.
Kontraksi rahim, untuk menutup pembuluh
darah.
5. Perdarahan
pervaginam:
a. Evaluasi
pengeluaran lokhea
b. Atonia
uteri meningkatkan perdarahan
c. Perdarahan
berkepanjangan
d. Profilaksis
antibiotika
Infeksi
selalu diperhitungkan dari adanya alat yang kurang steril. Infeksi asendes
karena manipulasi vagina, sehingga pemberian antibioka sangat penting
menghindari terjadinya sepsis sampai kematian.
Pertimbangan
antibiotika
:
1.
Bersifat profilaksis
a. Bersifat
terapi karena sudah terjadi infeksi
b. Berpedoman
pada hasil sensifitas
c. Kualitas
antibioka yang akan diberikan
2.
Cara pemberian antibiotika
Yang
paling tepat adalah berdasarkan hasil sensifitas, tetapi memerlukan waktu
sekitar 5-7 hari, sehingga sebagian besar pemberian antibiotika dilakukan dengan dasar adjuvantibus.
Kini perkembangan produksi antibiotika
sangat pesat, sehingga diperlukan kemampuan untuk memilihnya.
3. Mobilisasi
penderita
Sikap
mobilisasi dini tetap merupakan landasan dasar, sehingga pulihnya fungsi alat
vital dapat segera tercapai.
a.
Mobilisasi fisik
1. Setelah
sadar pasien boleh
miring
2. Berikutnya
duduk, bahkan jalan dengan infus
3. Infus
dan kateter dibuka pada hari kedua atau ketiga
b.
Mobilisasi usus
1. Setelah
hari pertama dan keadaan baik, penderita boleh minum
2. Hari
kedua/ketiga boleh pulang.
4. Perawatan Luka
Luka insisi di inspeksi setiap hari, sehingga
pembalut luka yang alternatif ringan tanpa banyak plester sangat menguntungkan,
secara normal jahitan kulit dapat diangkat setelah hari ke empat setelah pembedahan paling lambat
hari ketiga post partum, pasien dapat mandi tanpa membahayakan luka insisi.
5. Laboratorium
Secara
rutin hematokrit di ukur pada pagi setelah operasi hematokrit tersebut harus
segera di cek kembali bila tedapat kehilangan darah yang tidak biasa atau
keadaan lain yang menujukan hipovolemia.
6. Perawatan Payudara
Pemberian
ASI dapat dimulai pada hari post operasi jika ibu memutuskan tidak menyusui,
pemasangan pembalut payudara yang mengencangkan payudara tanpa banyak
menimbulkan kompresi, biasanya mengurangi rasa nyeri.
7. Memulangkan pasien dari rumah sakit
Seorang
pasien yang baru melahirkan mungkin lebih aman bila diperbolehkan pulang dari
rumah sakit pada hari ke empat
dan ke lima post operasi, aktivitas ibu selama seminggu harus dibatasi hanya untuk perawatan
bayinya dengan bantuan orang lain.
2.7
Manajemen
kebidanan menurut Helen Varney
2.7.1
Manajemen
Manajemen merupakan
proses pemecahan masalah yang ditemukan oleh perawat dan bidan pada awal tahun
1970. Proses ini memperkenal kan sebuah metode dengan perorganisasian,
pemikiran dan tindakan-tindakan yang logis dan menguntungkan baik bagi klien
maupun bagi tenaga kesehataan (Wafi Muslihatun, 2009).
Menurut (Wafi
Muslihatun, 2009), Proses manajemen kebidanan terdiri dari tujuh langkah yang
berurutan dan setiap langkah disempurnakan secara periodik. Langkah-langkah
tersebut sebagai berikut:
1. Pengumpulan
data dasar
Dilakukan
pengkajian dengan mengumpulkan semua data yang diperlukan untuk mengevaluasi
keadaan klien secara lengkap,yaitu:
a. Riwayat
kesehatan
b. Pemeriksaan
fisik sesuai dengan kebutuhan dasar nya
c. Meninjau
catatan terbaru atau catatan sebelum nya
d. Meninjau
data laboratorium dan membandingkan nya dengan hasil studi
2.
Interpretasi data dasar
Dilakukan
identifikasi yang benar terhadap diagnosis atau masalah dan kebutuhan klien
berdasarkan interpretasi yang benar atas dasar data-data yang telah
dikumpulkan.data dasar yang sudah dikumpulkan diinterprestasikan sehingga
ditemukan masalah atau diagnosis yang spesifik.
3.
Mengidentifikasi masalah potensial
Pada
langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau diagnosis potensial lain
berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosis yang telah diidentifikasi. Langkah
ini membutuhkan antisispasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan, sambil
mengamati klien bidan diharapkan dapat bersiap-siap bila diagnosis atau masalah
potensial ini benar-benar terjadi. Pada langkah ini penting sekali melakukan
asuhan yang aman.
4.
Mengidentifikasi dan menetapkan
kebutuhan yang memerlukan penanganan segera
Mengidentifikasi
perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter untuk dikonsultasikan dan
ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yanag lain sesuai dengan kondisi
klien.
5.
Merencanakan asuhan yang menyeluruh
Pada
langkah ini dilakukan perencanaan yang menyeluruh, ditentukan langkah-langkah sebelumnya.
Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen terhadap diagnosis atau masalah yang
telah diidentifikasi atau diantisipasi, pada langkah ini informasi atau data
dasar yang tidak lengkap dapat dilengkapi.
6.
Melaksanakan perencanaan
Pada
langkah ini rencana asuhan yang menyeluruh dilangkah kelima harus dilaksanakan
secara efisien dan aman. Perencanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan
atau sebagian dilakukan oleh klien atau anggota kesehatan tim lainnya. Dalam
situasi dimana bidan berkolaborasi dengan dokter, untuk menangani klien yang
mengalami komplikasi, maka keterlibatan bidan dalam manajemen asuhan bagi klien
adalah bertanggung jawab terhadap terlaksananya rencana asuhan bersama yang
menyeluruh tersebut.
7.
Evaluasi
Pada
langkah ini dilakukan evaluasi keefektipan dari asuhan yang sudah diberikan
meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi
sesuai dengan kebutuhan sebagai mana telah diidentifikasi dialam masalah dan
diagnosis. Rencana tersebut dapat dianggap efektif jika memang benar efektif
dalam pelaksanaan nya.
BAB III
TINJAUAN KASUS
MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS DENGAN POST SECTIO CAESARIA
Tanggal Pengkajian : 18 Maret 2015 Pukul : 06.00 Wib
I.
Pengumpulan data
A.Biodata
Nama ibu :
Ny. H Nama
Suami : Tn. A
Umur : 34 tahun Umur : 38 tahun
Pekerjaan
: IRT Pekerjaan : Wiraswasta
Pendidikan
: SD Pendidikan
:
SMP
Agama
:
Islam Agama
:
Islam
Suku
: Jawa Suku
: Jawa
Alamat
:
Jl. Sikujang Alamat :
Jl. Sikujang
Pelalawan Pelalawan
B.Anamnesa
Tanggal : 18-3-2015 Pukul : 06.09 wib Oleh : Mahasiswa
1. Alasan
Masuk : Ibu datang dengan keluhan sakit perut bagian bawah sejak
tanggal 16-3-2015 jam 08.00 wib dengan TD: 130/90 mmHg, HR : 74 X/i,
RR : 24 X/i, S : 37,00C
2. Keluhan : Ibu mengatakan nyeri pada luka operasi
3. Riwayat
Persalinan
-
Tempat Melahirkan : OK IGD RSUD Arifin Achmad
-
Jenis Persalinan : SC
-
Ketuban Pecah : Utuh
-
Komplikasi : Letak lintang
-
Plasenta : Lengkap
-
Perineum : Tidak ada robekan
-
Pendarahan : 50 cc
-Bayi
-
Lahir : SC
-
Berat Badan : 2500 gr
-
Panjang Badan : 48 cm
- JK :
perempuan
-
Cacat Bawaan : Tidak
ada
-
Masa Gestasi : Aterm
-
Komplikasi : tidak ada
-
Air Ketuban : Jernih
4. Riwayat
Post Partum
a.
Keadaan Umum : Baik
b.
Keadaan Emosional : Stabil
c.
TTV
TD :130/80 mmHg
HR :74 x/i
RR :24 x/i
S :37,0 c
5. Payudara
- Pengeluaran : Tidak ada
- Bentuk :Simetris
- Puting Susu :Menonjol
6. Uterus
- TFU :2 jari dibawah pusat
- Kontraksi Uterus :Baik
- Konsistensi Uterus :Keras
7. Lochea
- Lochea :Rubra
- Warna :Merah
- Bau :Amis
- Konsistensi :Cair
8. Perineum :Tidak ada robekan
9. Kandung
Kemih :Kosong
10. Ekstremitas
- Odema :Ada
- Reflek Patella :+/+
- Kemerahan :Tidak ada
C.
Uji Diagnostik
Pemeriksaan
Laboratarium
- HB :13,3 gr%
- Golongan Darah : O
II.
Identifikasi diagnosa masalah dan kebutuhan
A. Diagnosa : Ibu P1 A0 H1 Post SC
Data Dasar : - Partus Tanggal :18-3-2015 Pukul :04.00
Wib
-
Plasenta :Lengkap
-
Kontraksi Uterus :Baik
-
TFU :2 jari dibawah pusat
-
TTV
TD :120/90 mmHg
HR :92 x/i
RR :22x/i
S :37,2 c
B.
Masalah : Nyeri luka operasi
C. Kebutuhan :
Penkes untuk mengurangi rasa nyeri di luka operasi
III.
Antisipasi diagnosa / masalah potensial: Infeksi luka post SC
IV.
Identifikasi tindakan segera / kolaborasi: kolaborasi dengan dokter
V.
Perencanaan
1. Informasikansebab nyeri pada luka
bekas operasi
2. Informasikan perawatan luka bekas
operasi
3. Informasikan pola istirahat
4. Informasikan mobilisasi
5. Informasikan tentang vulva hygiene
VI.
Pelaksanaan
1.
Menginformasikan
sebab nyeri pada luka bekas operasi
Nyeri yang dialami
ibu dikarenakan efek anastesi pada saat operasi sudah hilang.
2.
Menginformasikan
perawatan luka bekas operasi
Menganjurkan ibu
untuk melakukan perawatan luka bekas operasi dengan cara tetap menjaga luka
agar tetap kering, mengurangi aktifitas yang berat, makan-makanan yang bergizi
untuk mempercepat proses penyembuhan luka.
3.
Menginformasikan
pola istirahat
Menganjurkan ibu
untuk istirahat yang cukup untuk memulihkan tenaga ibu pasca operatif
4.
Menginformasikan
mobilisasi
Menganjurkan ibu
untuk miring kanan dan miring kiri setelah 6 jam pasca operatif, dan sudah
harus bisa buang air sendiri ke kamar mandi dalam 24 jam pasca operatif. Hal
ini berguna untuk melancarkan peredaran darah ibu.
5.
Menginformasikan
vulva hygiene
Menganjurkan ibu
untuk membersihkan daerah kemaluan serta mengganti pembalut jika dirasakan
sudah penuh.
VII EVALUASI
1.
Ibu
telah mengerti sebab terjadinya nyeri.
2.
Ibu
telah mengerti tentang perawatan luka. Ibu bersedia melakukannya.
3.
Ibu
bersedia untuk istirahat. ibu bersedia melakukannya.
4.
Ibu
mengetahui posisi miring kanan,miring kiri. ibu bersedia melakukannya.
5.
Ibu
mengerti cara membersihkan kemaluan. ibu bersedia melakukannya.
CATATAN PERKEMBANGAN
DENGAN PENDOKUMENTASIAN SOAP
Tanggal
: 18 maret 2015
Pukul : 06.00 WIB
S : Nyeri di luka operasi, pusing (-), mual
(- ), ASI keluar sedikit BAK terpasang kateter, BAB belum ada.
O : KU : baik
TD :
120 / 70 mmHg
, HR : 92 x/i, RR : 22 x/i, T : 37,2 i.
A : P1A0H1, Post SC 2 jam, ku ibu baik
P : 1. Observasi keadaan umum ibu dan keadaan ibu baik.
2. Lakukan pencegahan infeksi dengan cara menjaga kebersihan luka
SC serta inj. Ceftriaxone 1 gr/12 jam. Dan ibu bersedia melakukannya.
3. Berikan terapi
untuk mengurangi nyeri luka post sc dengan memberikan pronalges supp per 8 jam
dan ibu bersedia.
4. Pantau kontraksi
uterus ibu serta berikan misoprostol 3 x 200 gr. Kontraksi uterus ibu baik dan
ibu bersedia menerima terapi yang diberikan.
5. Lakukan pencegahan
pendarahan dengan inj. Asam traneksamat per 8 jam. Pendarahan normal dan ibu
bersedia menerima terapi yang diberikan.
6. Berikan penkes
tentang mobilisasi, motivasi ASI, motivasi KB dan diet TKTP. Ibu mengerti dan
bersedia melakukan penkes yang diberikan.
Pukul
: 08.00 wib.
S : pusing tidak ada
O : K/U baik, TD : 120/80
mmHg S 36,5 c RR 20 x/i N 82 x/i, IVFD
RL .
A : P1A0H1dengan post SC 4 jam,
ku ibu baik
P : informasikan hasil pemeriksaan dan
asuhan yang akan diberikan. ibu mengerti tentang informasi yang diberikan
Pukul : 14.45 wIB
S : Pusing
Tidak Ada.
O :
K/U baik, TD : 120/80 mmHg N 80 X/i RR 20 x/i s 36,7 c,Infus RL, tfu 2 jari dibawah pusat, p/V + 10
cc, kateter terpasang,kontraksi
baik.
a : p1a0h1dengan post SC 10 jam, ku ibu baik
P :
Observasi k/u, ttv penkes mobilisasi, personal hygiene,memberikan injeksi
ceftriaxone + Kalnex 1 ampul, memandikan dan vulva hygiene (17.00 wib), mengobservasi ttv, td : 120/80 mmHg.
Pukul : 21.00 wib
S : Pusing
Tidak Ada.
O :
K/U baik, TD : 120/80 mmHg N 82 X/i RR 22 x/i s 36,5 c,Infus RL, tfu 2 jari dibawah pusat, p/V + 10
cc,kateter
terpasang,kontraksi
baik.
a : p1a0h1dengan post SC 10 jam, ku ibu baik
P :
Observasi k/u, ttv penkes mobilisasi, personal hygiene,memberikan injeksi
ceftriaxone + Kalnex 1 ampul, memandikan dan vulva hygiene (05.00
wib), mengobservasi ttv (06.00 WIB), td : 120/80 mmHg.
Tanggal 19 Maret 2015
Pukul : 08.00 WIB
S : Nyeri diluka bekas operasi minimal, pusing (-), mual (-), asi lancar keluar, bab belum bisa.
o : Obs K/U , Kes : CM, TD :
120/70 HR : 82 x/i RR: 20 x/i T : 36,8 St. Generalis
: Mata : KA (-/-) ,SI : (-/-), Thorax : Paru : Vasikuler (+) RH (-), WH (-).
Ekstrimitas
: Odem (-), ST.Obstetrik : Tampak
Perban Menutupi Luka Bekas Operasi Darah (-),
Nanah (-) , Tfu 2 Jari Dibawah Pusat Kontraksi Baik, Nyeri Tekan (-).
U/U Tenang, Perdarahan Aktif (-), Lokhia rubra (+)
A : P1A0H1post partum SC 1 hari , k/u ibu dan bayi baik.
P : Observasi k/u, ttv penkes mobilisasi,
personal hygiene,memberikan injeksi ceftriaxone + Kalnex 1 amp, mengobservasi ttv, td : 120/70 mmHg.
1.
Menginformasikan
perawatan luka bekas operasi
Menganjurkan ibu
untuk melakukan perawatan luka bekas operasi dengan cara tetap menjaga luka
agar tetap kering, mengurangi aktifitas yang berat, makan-makanan yang bergizi
untuk mempercepat proses penyembuhan luka. Mengerti dengan informasi yang
diberikan.
2.
Menginformasikan
pola istirahat
Menganjurkan ibu
untuk istirahat yang cukup untuk memulihkan tenaga ibu pasca operatif.ibu
mengerti dan bersedia melakukannya.
Pukul : 14.45 wIB
S : Pusing
Tidak Ada.
O :
K/U baik, TD : 120/80 mmHg N 82 X/i RR 22 x/i s 36 c,Infus RL, tfu
2 jari dibawah pusat, p/V + 10 cc, DC terpasang,kontraksi baik.
a : p1a0h1dengan post SC 1 hari, ku ibu baik
P :
Observasi k/u, ttv penkes mobilisasi, personal hygiene,memberikan injeksi
ceftriaxone + Kalnex 1 ampul, memandikan dan vulva hygiene (17.00 wib), mengobservasi ttv, td : 120/80 mmHg.
Pukul : 21.00 wib
S : Pusing
Tidak Ada.
O :
K/U baik, TD : 120/80 mmHg N 80 X/i RR 20 x/i s 36,6 c,Infus
RL, tfu 2 jari dibawah pusat, p/V + 10
cc, DC terpasang,kontraksi baik.
a : p1a0h1dengan post SC 1 hari, Ku ibu baik
P :
Observasi k/u, ttv penkes mobilisasi, personal hygiene,memberikan injeksi
ceftriaxone + Kalnex 1 ampul, memandikan dan vulva hygiene (05.00
wib), mengobservasi ttv (06.00 WIB), td : 120/80 mmHg.
Tanggal 20Maret 2015
Pukul : 08.00 WIB
S : Nyeri diluka bekas
operasi minimal, nyeri kepala (-), mual (-), ASI lancar keluar, bab (+).
o : Obs K/U , Kes : CM, TD : 120/80 HR : 80x/i
RR: 20 x/i T : 36,5 Ekstrimitas :
Odem (-)
ST.Obstetrik
: Tampak Perban Menutupi Luka Bekas Operasi Darah (-), Nanah (-) , Tfu 2 Jari Dibawah Pusat Kontraksi
Baik, Nyeri Tekan (-). U/U Tenang, Perdarahan Aktif (-), Lokhia rubra (+)
A : P1A0H1post partum SC 2 hari , k/u ibu dan bayi baik.
P : Observasi k/u, ttv penkes mobilisasi,
personal hygiene,memberikan injeksi ceftriaxone + Kalnex 1 amp, mengobservasi ttv, td : 120/80 mmHg.
1.
Menginformasikan
perawatan luka bekas operasi
Menganjurkan ibu
untuk melakukan perawatan luka bekas operasi dengan cara tetap menjaga luka
agar tetap kering, mengurangi aktifitas yang berat, makan-makanan yang bergizi
untuk mempercepat proses penyembuhan luka. Mengerti dengan informasi yang
diberikan.
2.
Menginformasikan
pola istirahat
Menganjurkan ibu
untuk istirahat yang cukup untuk memulihkan tenaga ibu pasca operatif.ibu
mengerti dan bersedia melakukannya.
3.
Menganjurkan
ibu untuk kunjungan ulang 3 hari lagi atau kontrol ulang di tenaga kesehatan
terdekat.
Pasien pulang tanggal 20 Maret 2015 pada pukul 09.00 Wib
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada bab ini menguraikan secara seksama antara
konsep teori dengan kenyataan yang ditemukan di lapangan. setelah melakukan
penerapan manajemen kebidanan pada Ny. H. maka penulis menemukan kesamaan –
kesamaan dengan langkah – langkah pada manajemen kebidanan.
1.
S
= ( Data Subjektif )
Subyektif
yaitu data yang dikumpulkan dari pertanyaan yang dilontarkan oleh klien
atas pertanyaan bidan kepada nya.
Tahap ini merupakan langkah awal yang akan menentukan langkah berikutnya ,
sehingga kelengkapan data sesuai dengan kasus yang dihadapi akan menentukan
proses interprestasi yang benar atau tidak dalam tahap selanjutnya, sehingga
dalam pendekatan ini harus komprehensif, sehingga dapat mengambarkan kondisi
atau masukan klien yang sebenarnya dan valid. Didalam langkah pertama ini,
tenaga kesehatan dapat mengumpulkan data dengan lengkap. Penulis dapat
menganamnesa klien dengan waktu yang ada dikarenakan klien tidak dilakukan
tindakan medis .
2. O = ( Data Objektif )
Tahap ini merupakan langkah kedua yang akan
menentukan langkah berikutnya, sehingga kelengkapan data sesuai dengan kasus
yang dihadapi akan menentukan proses interpretasi yang benar atau tidak dalam tahap
selanjutnya. Tenaga kesehatan lebih memfokuskan diri untuk mengumpulkan data
yang berhubungan dengan fisik klien, namun tidak menyeluruh. Salahsatu faktor
penyebabnya adalah perbandingan jumlah yang tidak memadai antara petugas
kesehatan dengan jumlah pasien. Petugas kesehatan tidak terlalu fokus ke pasien
dikarenakan petugas menyerahkan tugas – tugas nya kepada mahasiswa. Dapat
diambil contoh misalnya dalam pemberian obat pada klien serta perawatan – perawatan
pada klien.
Dalam melakukan pemeriksaan penulis sudah cukup
dibantu oleh alat – alat yang digunakan dalam memeriksa ibu maupun bayi nya.
misalnya untuk pemeriksaan ibu, alat – alat untuk pemeriksaan TTV sudah cukup
lengkap,melakukan vulva hygiene dan memandikan pasien dan pemberian vit .A pada
ibu nifas serta Hb-0
untuk bayi .
3. A = ( Assasement )
Pada langkah ini adalah menyimpulkan berdasarkan
interpretasi yang akurat atas data – data yang dikumpulkan . Dalam kasus yang
penulis angkat , ibu P1A0H1 dengan
postpartum sc 2 hari k/u ibu dan bayi baik. Hal ini merupakan hal fisiologis
yang di alami oleh ibu dan bayi.
4. P = ( Planning )
-
Mobilisasi dini 6 jam pertama dianjurkan
ibu untuk miring kiri kanan dan berjalan.
-
Perawatan
luka (ganti
perban 1 kali sehari waktu pagi)
-
Pemberian ASI Ekslusif pada bayi selama 0-6 bulan, bayi tidak dianjurkan
minum susu formula.
-
Diet
TKTP yang harus di penuhi oleh ibu dalam satu harinya.
-
Pola
istirahat yang cukup
-
Lakukan
vulva hygiene
-
Lakukan
kunjungan ulang ke tenaga kesehatan terdekat
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Masa nifas adalah
sama sesudah persalinan dan kelahiran bayi, placenta, serta selaput yang
diperlukan untuk memulihkan kembali organ kandungan seperti sebelum hamil
dengan waktu kurang lebih 6 minggu.
Letak lintang adalah sumbu memanjang janin menyilang
sumbu memanjang ibu secara tegak lurus
900, terdiri dari : deviated head presentation (letak kepala
mengolak) dan deviated breech presentation (letak bokong mengolak). Presentasi
paling rendah adalah bahu.
Dimana persalinan ini dapat dilakukan melalui perabdominal (SC).
Seksio sesaria adalah suatu persalinan buatan
dimana janin dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding perut dan dinding
rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin diatas 500 gram.
Seksio
sesarea adalah pertolongan persalinan yang konservatif, sehingga diharapkan ibu
dan bayinya selamat, dengan jaminan kualitas sumber daya manusia yang optimal. Adapun pendokumentasian sebagai berikut :
1.
S (
Data Subjektif )
2.
O (
Data Objectif )
3.
A (
Asassement )
4.
P (
Planning )
5.2
Saran
Berdasarkan
hasil asuhan kebidanan
diatas diharapkan
kepada mahasiswa agar dapat terampil melakukan asuhan kebidanan kepada klien
dari anamnesa hingga melakukan asuhan. Kepada para pembaca diharapkan untuk
memahami asuhan kebidanan yang lain dengan benar dan tidak hanya focus pada isi
makalah kami tetapi lebih dalam lagi telah dipaparkan diatas yaitu dimulai dari
mengkaji suatu masalah sesuai dengan masalahnya serta dapat memberi solusi yang benar pada kasus yang
tepat.
Diharapkan juga
kepada mahasiswa calon bidan agar lebih kreatif sehingga penulis mengharapkan
adanya revisi-revisi yang berbaru yang dapat lebih baik dipakai dari apa yang
telah diterangkan diatas, sehingga lebih mempermudah kerja bidan di masa depan.